#DINSOS_HADIR
Singaraja 21 juni 2021
Kadis Sosial Kab. Buleleng I Putu Kariaman Putra, S. Sos, MM di Wakili oleh Ida Ayu Ketut Suryatini Kasi Kepahlawanan ,Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial Mencari Informasi langsung terkait Sejarah penurunan bendera Belanda di Pelabuhan Buleleng.
Dinsos Buleleng mendatangi langsung pihak keluarga dari M. Anang Ramli dan Keluarga dari Ketut merta terkait infomasi perjalanan hidup beliau dan mencari kebenaran dari Sejarah penurunan bendera Belanda di Pelabuhan Buleleng.
Sejarah Singkat
Pada 27 Oktober 1945, dalam catatan sejarah pernah terjadi peristiwa berdarah mempertahankan tegaknya bendera Merah Putih di Pelabuhan Buleleng, Bali. Kala itu, awak kapal Belanda Abraham Grinjs, seluruhnya turun ke daratan di Pelabuhan Buleleng dengan membawa persenjataan lengkap. Pasukan Belanda yang meringsek ke tengah kota Singaraja lalu melakukan provokasi dengan cara menurunkan sejumlah bendera merah putih yang berkibar di depan instansi pemerintahan maupun rumah milik warga. Bahkan di antara pasukan Belanda itu ada yang mengoyak bendera merah putih. tentara Belanda yang menurunkan secara paksa bendera merah putih karena tak mengakui kemerdekaan Indonesia memantik amarah pemuda-pemuda Buleleng. Para pemuda membalasnya, walaupun harus melalui kontak senjata. Bersiap-siap mereka berangkat menuju ke pelabuhan untuk mengadakan penyerbuan secara gerilya di bawah pimpinan I Made Putu. Sampai di pelabuhan, kedapatan seluruh awak kapal Abraham Grinjs sudah naik ke dek kapal. Beberapa pemuda, antara lain Anang Ramli, mendapat perintah menurunkan bendera Belanda itu dan menggantikannya dengan Sang Dwiwarna. Namun, perintah ini tidak dapat dijalankan dengan sempurna, menyebabkan pimpinan BKR (Badan Keamanan Rakyat) sendiri bertindak menurunkan Bendera Belanda.
Berkibarlah kembali Sang Merah Putih dengan megahnya di depan kantor bea cukai di pelabuhan Buleleng.Sayangnya hal ini diketahui Belanda dari atas kapalnya. Mereka lalu menembak pemuda-pemuda kota Singaraja dari atas kapal Abraham Grijns.Seorang pemuda bernama I Ketut Merta dari Banjar Liligundi, Singaraja, terkena peluru Belanda hingga menyebabkan ia tewas seketika. Akhirnya, para pemuda mendapat perintah mundur dari pelabuhan. Sambil menembak, Belanda kembali menaikkan bendera tiga warna mereka di kantor bea cukai. Sang Merah Putih mereka turunkan lagi. Setelah itu pasukan Belanda naik kempali ke kapal.
Hari semakin gelap, Pemuda-pemuda kini dapat perintah maju, maju terus sampai ke pelabuhan, sampai ke tepi air laut. Seorang pemuda bernama Gde Muka mendapat perintah memimpin menurunkan bendera Belanda didampingi Wayan Mudana, Anang Ramli sebagai pelaksana dan Nengah Tamu sebagai penjaga keamanan pantai.
Perintah ini dilaksanakan dengan semestinya. Gde Muka dibantu Wayan Mudana berada di belakang kantor bea cukai, Nengah Tamu dibantu Ida Bagus Suamben menempatkan pasukanya di sebelah barat kali Buleleng, sedangkan Anang Ramli berguling-guling mendekati bendera agar tidak terlihat dari kapal yang terus menerangi bendera dengan lampu sorotnya. Hanya saja sewaktu menarik talinya dan kira-kira setengah tiang tali kerek putus dan bendera Belanda terkatung-katung setengah tiang.
Untuk itu lalu dicarilah galah dan arit untuk menggaet bendera Belanda. Segera setelah bendera Belanda digapai, Gde Muka dengan spontan merobek warna biru dari bendera itu hingga tinggal merah putihnya saja.
Pasukan kecil di bawah pimpinan Nengah Tamu, yang sudah berada di kanan-kiri jembatan pelabuhan, siap menyergap musuh, bersenjatakan bambu runcing, pedang golok dan senjata tajam lainya, menunggu Belanda jika masuk kembali ke daratan. Rupanya, pasukan Belanda takut mendarat dan justru meninggalkan Pelabuhan Buleleng.
Dinsos Buleleng berharap nantinya masyarakat generasi muda Buleleng bisa menanamkan nilai- nilai Kepahlawanan dan menghargai Jasa-jasa para Pahlawannya.
#Dinsos Hadir